Diary July 14th 20, It always ends like this





Hahhhh, aku pikir aku udah ngelakuin yang terbaik, ternyata emang nggak bisa. Seberapa pun kerasnya perjuangan kita, we cant forced people to love us the way we loved them. Aku sadar sih dari dulu hal kaya gitu nggak bisa dipaksain, cuman nggak bisa aja stop dari “denial” diri sendiri. Kayanya hidup di dalem ekspetasiku memang lebih menggoda dari pada nyadarin diri ke realitas hhhh.


Pada akhirnya yang aku harapin nggak pernah terwujud. Apa yang aku rencanain, nggak pernah terealisasi. Menurutku bukan salah kita manusia untuk mempunyai ekspetasi sama seseorang. Salah manusia ada di pilihan penempatan ekspetasinya. 


Orang yang kita ekspetasiin bukan di posisi yang salah di sini. Tapi pilihan kita untuk taruh ekspetasi ke orang tersebut yang salah. Semisal kita taruh ekspetasi kita di tempat lain, mungkin hasilnya berbeda.


Im not particularly sad. In my perspective Im already “all out” from the very beginning for this relationship. Jadi aku nggak terlalu merasa kecewa sama hasil perjuanganku. Tapi sekarang, kaya jauh di dalem hati ku ada lubang yang kosong banget. Yang mau aku isi pake apapun tetep aja nggak bakal keisi. Dan nggak enak banget.


Sesuatu yang udah jadi kebiasaan tiba-tiba menghilang memang kampret banget. Yaudahlah, mau gimana lagi.


Besides, there’ll always be a lessons after storm right? More importantly, I’ll be focusing on myself from today onwards.


Oh ya btw, aku nemu sebuah teori. Teori yang bilang kalo kita cuman jatuh cinta tiga kali. Ada yang percaya?


Teori tersebut bilang:


“1st Love: The love that looks right”


“2nd Love: The love that we wished was right”


“3rd Love: The love where we come together with someone and its just fit. Someone that usually looks all wrong for us and that destroys any lingering ideals we clung to about what love is supposed to be. This is the love that comes so easy it doesn’t seem possible. It’s the kind where the connection can’t be explained and knocks us off our feet because we never planned for it.”


That theory somehow represents my love life. Kalo mengacu sama itu, jadi tinggal kurang satu lagi nih(?)


Tapi bodo amat ah. Cape anjir. 





Komentar