Carry On


Manusia tuh sebenernya entitas yang sederhana. Bahkan sangat simpel kalau dipikir-pikir. Emosi mereka bisa sewaktu-waktu berubah karena hal yang nggak terlalu signifikan. Misal, menjadi marah karena kakinya kesandung ujung meja, menjadi sedih jika chat dia ke gebetannya nggak dibales, menjadi senang waktu hujan turun begitu derasnya, dan menjadi bingung ketika harus makan siang pake tangan atau sendok.

Kita itu benar-benar nggak kompleks kok. Kalau kalian merasa diri kalian itu paradoks sampai ke ubun-ubun, percayalah hal itu terjadi disebabkan hanya karena hati dan otak kalian lebih sering berantem ketimbang berdamainya. Aku sering begitu kok, semua orang juga begitu, dan itu wajar. Itu komponen yang membuat kita menjadi manusia.

Aku bilang begini karena aku sendiri sedang merasakan, bagaimana kampretnya diseret ke tingkat paling memuakkan dalam hidup. Aku sendiri belum bisa keluar dari lingkaran bangsat ini, dan tulisanku ini kubuat sebagai pengingatku, bahwa aku cuman manusia biasa dan sangat wajar untuk merasakan segala emosi-emosi tersebut yang sengaja diciptakan oleh Tuhan untuk manusia. 

Maksudku itu gini, nggak perlulah harus berpura baik-baik saat tau bahwa dirimu itu sebenarnya tidak sebaik-baik itu. Nggak perlulah kita menutupi apa yang kita rasain, yang lama terpendam lama-lama bakal membludak juga. Jadi buat apa menahan? 

Aku nggak bilang untuk menjadi egois, tapi egois sesuai kadar yang pas itu perlu. Kadarnya seberapa? Ya kamu sendiri yang tau, kan tiap orang berbeda. 

Aku ingatkan sekali lagi ya, kita itu cuman manusia biasa. Bukan batman yang punya banyak duit, bukan superman yang overpower, bukan abunawas yang selalu beruntung. Bukan. Kita bukan siapa-siapa. Kita semua itu produk cacat. Tapi kamu menyelesaikan hari dengan baik hari ini, besok kita lanjutin lagi ya.


Komentar