Bombardir Rasa
Rasa memang selalu ada. Ia bagaikan selimut yang kita bawa kemana saja, lalu membalut setiap sisi demi sisi tubuh kita dengan cermat. Sepertinya ia paham betul akan kondisi kejiwaan seseorang. Buktinya mereka bisa dengan mudah merubah diri lalu mempengaruhi; yang bahagia lebih dibahagiakan, yang sedih lebih disedihkan, dan yang marah semakin dibakar. Ya, ia memang seperti itu, sangat mudah terpengaruh oleh faktor eksternal maupun internal. Mengendalikannya pun sama sulitnya dengan mendaki Gunung Everest.
Rasa memang sesuatu yang mudah pecah belah. Sedikit saja ada kontak terhadapnya, pemilik hati lah yang menjadi korban bombardir utamanya. Aku hanya bisa bilang, tolong lebih diperhatikan sesamanya. Kita manusia adalah entitas yang kompleks, banyak hal yang lebih penting dan lebih layak dari pada memikirkan rasa yang tak karuan.
Bukan masalah siapa yang lebih bisa. Bukan soal siapa yang paling kuat. Bukan juga tentang siapa yang lebih mengerti.
Tapi bagaimana cara kita memberi waktu kepada yang terluka untuk sembuh. Memberi ruang kepada yang melukai untuk introspeksi. Dan tak lupa juga mengingat diri, bahwa kita bisa saja menjadi salah satu di antaranya..
Badai memang pasti berlalu.
Begitu juga dengan hari yang cerah.
Komentar
Posting Komentar