Lucky




Ketika seseorang berkata begini tepat di depan wajahku, "Enak ya jadi kamu bisa beli ini itu," di saat itu juga aku ingin tertawa selebar mungkin. Sayangnya, berkat kesadaran moralitasku yang tinggi, ku urungkan niat itu.

Begini ya, apapun yang kita punya semua itu berasal dari usaha. Pernah dengar kutipan bijak yang cukup klise "Usaha tidak mengkhianati hasil"? 

Aku sendiri sih tidak sepenuhnya percaya dengan kalimat itu. Karena faktanya, banyak "hasil" yang bisa didapat dengan berbagai cara, tanpa perlu repot-repot berusaha. 

Tapi satu hukum alam yang pasti, kalau kamu bukan cucu Aburizal Bakrie, apalagi menantu Bill Gates, kalau mau sesuatu itu ya usaha!

Well, aku berkata begini bukan karena aku sudah merasa yang paling di atas. Bukan juga karena aku sudah bisa mempunyai sesuatu yang kalian belum bisa miliki. Sungguh nggak ada maksud tertentu. Aku berbicara seperti ini karena kurasa anak-anak di era Millenial ini semakin dimanjakan oleh orang tuanya. Menolak bekerja keras dan nggak jarang yang hanya mengandalkan atau menunggu warisan jabatan dari orang tuanya. Mungkin dalam kurun waktu sepuluh sampai dua puluh tahun, kursi-kursi parlemen pemerintahan bakalan dikuasai sama yang namanya Nepotisme. Jadi jangan heran kalau demokrasi lenyap tiba-tiba.

Logikanya, apa bisa impianmu mempunyai handphone keluaran terbaru menjadi kenyataan, kalau kamu cuman ngabisin waktumu tiap hari dengan tangan kiri memegang secangkir kopi dan tangan yang satunya lagi menggenggam sebatang Marlboro?

Akankah impianmu mempunyai Roll Royce bakal terkabul, kalau kerjaanmu hanya sibuk menggaet followers di Instagram?

Apa bisa impianmu jadi orang sukses menjadi kenyataan, sedangkan kamu baru kuliah dan dapat nilai C saja mengeluhnya sudah sampai tujuh turunan, sampai malah diupload ke Insta Story. Itu sedih atau bangga?

Intinya, kalau orang tuamu bukan pemegang 50% saham PT. Djarum, nggak usah aneh-aneh deh berharap semua itu bakal kalian dapatkan kalau sesungguhnya modal kalian itu cuman keajaiban.

Aku pernah begitu. Aku pernah membandingkan kebahagianku dengan kebahagiaan orang lain. Aku sering mengeluh. Aku sering berharap semua yang aku inginkan, seketika itu juga langsung ada di depan mataku. Apapun itu aku pernah merasakannya, tanpa pernah sedikitpun aku memikirkan betapa beruntungnya aku.

Kalian itu adalah manusia beruntung. Kalian lebih beruntung dari pada aku. Cuman rasanya kalian terlalu bergantung pada itu. 

Komentar