Act VII : Pejuang Happy Hour Kala itu


Bisa dikatakan mereka adalah teman-teman terdekatku yang pertama aku kenal di Jogja. Sebenarnya nggak cuman mereka berdua aja sih, Masih ada Rifki, Nissa, Erin, dan Ulfi. Namun yang terpajang di foto tersebut hanya Dito dan Maul.

Mereka semua adalah teman kelasku di Teknik Elektro UMY. Wajar kami bisa kenal satu lain. 

Kami semua sering membuat lingkaran sendiri, baik saat di kampus atau saat jalan-jalan. Biasanya satu kelas janjian untuk pergi ke tempat A, tapi kami malah ke tempat B. Atau yang lainnya sering nongkrong bareng bersama satu kelas, kami sudah cukup puas dengan berkumpul apa adanya.

Sayangnya lagi-lagi semuanya berubah ketika aku pergi.

Mari kita lupakan itu. Kami berempat, aku, Dito, Maul, Rifki, bisa akrab hanya karena satu hal, sama-sama main Dota.

Aku dulu cukup nggak peduli dengan sekitarku. Kerjaanku selama kuliah hanya berkutat di kelas lalu pulang ke kamar kos tercinta. Nggak ada menarik-menariknya sama sekali. 

Saat itu kami satu kelas sedang menunggu dosen di lobby. Dulu kelas nggak akan dibuka sampai dosen datang, karena satu-satunya yang bisa membuka pintu kelas ya cuman dosen doang, nggak tau deh sekarang masih seperti itu atau nggak.

Aku yang sedang duduk, mendengar percakapan antara Dito dan Maul. Walaupun sedang memakai earphone, samar-samar aku masih dapat mendengar apa yang sedang dikatakan. Ternyata yang mereka bahas adalah hero-hero yang ada di Dota. Seketika itu pula aku langsung jingkat berdiri, mencabut earphoneku, dan berkata, "Kalian main dota juga?!".

Sesimpel itu cerita pertemanan kami dimulai. Kemudian hari berikutnya kami janjian buat main bareng di salah satu warnet terdekat. Dito dan maul ternyata mengajak Rifki juga, aku nggak tahu kalau dia main Dota juga. Tak kusangka di dalam kelasku aku bisa menemukan cukup banyak spesiesku. 

Kami sering main bareng di warnet. Tapi biasanya kami lebih memilih untuk menunggu sampai tengah malam kalau ingin main bersama. Karena hanya saat itulah tersedia paket istimewa yang spesifikasinya cocok dengan kantong mahasiswa. Terpujilah bagi warnet-warnet yang menyediakan paket Happy Hour.

Awalnya mereka cupu banget. Sampai-sampai tensi darahku bisa di atas rata-rata hanya dengan bermain bareng mereka. Nggak ketulungan banget bebannya, Sepanjang permainan, isinya cuman kalah, kalah, dan kalah. Walau cuman online game, tapi tetap aja kesal rasanya kalau kalah melulu. Nggak jarang kami pulang ke rumah dengan wajah yang menyebalkan

Lama kelamaan waktu berjalan, mereka semua sudah berkembang jadi lebih baik. Walaupun kuliahnya nggak sama sekali. Kami juga menemukan komunitas Dota di UMY. Jadi kami nggak melulu lagi main berempat.

Well, aku memang jarang ketemu mereka. Tapi setidaknya kami masih suka main bareng lewat Dota. Itu lebih dari cukup.

Komentar